Selamat Datang di Blog Perjuangan Hidupku dan silahkan baca artikelnya
Banner Pemilu 2009 Pictures, Images and Photos

Jumat, 24 April 2009

Pemda Diminta Lakukan Pendataan Ulang

Pemda Diminta Lakukan Pendataan Ulang

Liputan PEMILU 2009 di Nunukan- Ketua LSM Lembaga Hak Asasi dan Ekonomi Rakyat Indonesia (L-Hairindo) Mansur Rincing meminta kepada Pemda Nunukan agar segera melakukan pendataan kependudukan ulang se Kabupaten Nunukan. Hal itu menyusul persoalan daftar pemilih tetap (DPT) saat pemilu yang selalu terjadi kesalahan akibat tidak jelasnya data kependudukan dari pemerintah. Dikatakannya, ketidakjelasan data kependudukan tersebut seperti banyaknya ditemukan satu NIK yang digunakan oleh lebih dari satu orang dan mudahnya penduduk pendatang yang menetap sebentar untuk membuat KTP meski belum memenuhi syarat memiliki KTP Nunukan, sehingga data terjadi kesalahan. “Biar penetapan DPT kita tidak bermasalah lagi, sebaiknya Pemda melakukan pendataan ulang penduduk se Kabupaten Nunukan,” katanya. Kesalahan DPT ini selalu terjadi di Nunukan, yakni saat pemilihan bupati (Pilbup) Nunukan 2006 lalu, pemilihan gubernur (Pilgub) Kaltim 2008 hingga pemilihan legislatif (Pileg) 9 April 2009 kemarin. “Ini selalu terjadi kesalahan berulang saat ada pemilu, makanya agar tidak ada lagi kesalahan, data penduduk kita harus jelas berapa,” ungkapnya.
Menurutnya, hal itu dapat dilakukan dengan cepat sebelum pemilihan presiden (Pilpres) dengan mengerahkan seluruh perangkat pemerintah hingga tingkat RT. Namun, kalaupun sebelum pilpres tidak sempat dilakukan, pendataan bisa dilakukan setelahnya sebagai antisipasi kesalahan kependudukan sebelum pilbup 2011 nanti. “Kalau semua RT bergerak mendata ulang penduduk, saya kira akan sangat cepat dilakukan. Alokasikan anggaran pendataan sekitar Rp3 ribu setiap KK nya,” jelasnya. Menurutnya, Pemda harus mendukung upaya pendataan ulang tersebut, karena persoalan DPT kerap terjadi uga disebabkan akibat data kependudukan yang tidak jelas. “Kalau pemda tidak mau, berarti pemda tidak mau tau persoalan DPT untuk pemilu ini menjadi baik,” pungkasnya. Ia berharap juga kepada masyarakat agar yang pindah ke daerah lain baik masih dalam wilayah Nunukan atau ke daerah lain, agar melaporkannya kepada pihak RT supaya tidak lagi kesalahan pendataan. “Peran masyarakat juga diminta agar pro aktif jika pindah agar lapor ke RT,” ujarnya. (kh)

Jumat, 20 Maret 2009

Illegal Logging Still Taking Place in Nunukan

Illegal Logging Still Taking Place in Nunukan

Illegal logging is still taking place in the waters of Nunukan, East Kalimantan. “It’s happening almost every day,” Nunukan Regional House of Representatives (DPRD) deputy speaker Abdul Wahab told TEMPO on Wednesday (21/09). According to Wahab, wood from the forests in Nunukan regency has been smuggled to Tawau island in Malaysia via the waters of Nunukan. “The wood is taken at around 8pm Eastern Indonesian Time and usually arrives at 6am in the morning at Tawau island,” stated Wahab. The wood is taken from forests in Semanggaris and Sebakis as well as from the protected forest on Nunukan island. According to Wahab, the ships, which carry 50 to 200 cubic meters of smuggled wood, need between 5 and 7 drums of fuel with each drum containing 200 liters. Separately, 0911 Military District Command chief Lt. Col. Infantry Taufik Budilukito was unable to confirm the intensity of illegal logging in Nunukan waters. “It could be happening once a week, or once every two weeks,” stated Budilukito. Based on his observations, the smugglers depart at 6pm Eastern Indonesian Time and arrive at the borders of Indonesia and Malaysia between midnight and 1am Eastern Indonesian Time. “Some of them work at night in the waters around the Ambalat block,” said Budilukito. The wood is taken from Sebatik island to Tawau. According to Budilukito, two problems occur in dealing with illegal logging cases. These are the huge size of the area and the limited number of security personnel. To secure the Nunukan regency, the 0911 military command, consisting of 70 personnel, is assisted by 409 personnel under the joint operational command joining of the 613 battalion. (Fanny Febiana-Tempo News Room)

NUNUKAN REGENCY

NUNUKAN REGENCY
Nunukan Regency is the capital of Nunukan Regency. This area about Neighboring with Malaysia State that is Tawau city. Nunukan city is a real strategic town as the gateway of East Kalimantan upstate, so that the facilities and basic facilities for foreign tourist need improving although in Nunukan city there is Hotel, Restaurant and hotspot. Tourism object such as; Batu Lumapu tourism, resides in Sebatik island where there is extent of wide coast when low tide and it is said there is a stone arising called Batu Lumapu. This location is against Nunukan Island.

  • NYAMUK RIVER
    In this area, the resident cultivate peppercorn and chocolate. So this area yields chocolate fruits and peppercorn. For tourists who want to visit this area can earn directly from Tarakan or through Nunukan then continue the journey to Nyamuk Island.
  • LONG BAWAN KAYAN
    Long Bawan in mountain area that abutting on Sabah has dwelt by Lundaye tribe The Lundaye tribe culture art typical is Traditionaly Ceremony Nyumpai Semarang Mei Ulung, Parisanan Dance and Baritubang. In this area there is pioneer airfield with plane from Tarakan. Kayan district is famous with population of buffalo livestock and as a symbol for paddy, paddy producer and nature salt producer.
Link : Indonesia Tourism

Kehidupan Orang di Perbatasan Negara

Ada sebuah desa kecil di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Bagian Utara Kalimantan Timur. Pun ada sejarah dari wilayah itu. Saat konfrontasi dengan Malaysia di era Presiden pertama RI, Soekarno, tempat itu menjadi basis penyerbuan tentara Indonesia menyerang Malaysia. Ada saksi bisunya hingga kini. Bangkai besi tua pesawat milik RI yang tertembak, masih tergeletak di desa itu. “Pesawat ini ditembak oleh tentara Indonesia. Disangka pesawat milik Malaysia, ternyata milik Indonesia,” ujar Filipus Gaing, tokoh masyarakat setempat. Itulah Long Bawan. Salah satu desa terisolir di Indonesia. Wilayah yang berbukit-bukit yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia. Daerah itu didiami oleh suku Dayak Lundayeh. Dari pusat ibukota Nunukan berjarak 350 kilometer ke arah barat. Untuk tiba di daerah itu, transportasi udara menjadi pilihan utama. Tak ada jalur darat maupun laut. Jalur sungai bisa dilakukan, tapi beresiko kematian. Curam, terjal dan masih banyaknya binatang liar di kawasan hutan. Daerah itu, benar-benar dikeliling oleh pergunungan dan hutan belantara. Batas negaranya berada di puncak pergunungan. Kehidupannya, berharap dari pertanian untuk dijadikan kebutuhan harian. Jangan berharap menemukan produk Indonesia. Dari makanan ringan sampai bahan baku rumah tangga saja, sebagian besar berasal dari Malaysia. Bahan ini diperoleh dengan sistem pertukaran alias barter. Penduduk Krayan membawa beras dan hasil pertanian ke perbatasan Malaysia, yang ditukar dengan daging dan makanan. Pertukaran itu kelap dilakukan. Untuk tiba di pintu perbatasan, tak sulit bagi penduduk setempat. Pasalnya, tentara perbatasan sudah mengenal wajah warga. Sayangnya, infrastruktur jalan penghubung di perbatasan itu dalam kondisi rusak. Begitupun dengan infrastruktur transportasi dan lainnya. Hanya ada bandara perintis yang berlandasan non aspal. Sedangkan jadwal penerbangan, tidak rutin. “Akhirnya, warga memilih melakukan perekonomian langsung ke Malaysia,” ujar Filipus. Kehidupan perbatasan tidak hanya di Long Bawan. Di Kepulauan Sebatik yang masih berada di Kabupaten Nunukan, Kaltim, bahkan tergolong unik. Di desa Aji Kuning, rumah penduduk langsung ditapal batas antara wilayah Indonesia dan Malaysia. Penduduk pun, tanpa perlu memiliki surat keimigrasian, hanya paspor lintas batas “Saya tetap orang Indonesia,” kata Yusuf, warga Sebatik. Pengakuan itu, kontras dengan kebutuhan sehari-hari. Penduduk setempat lebih memilih mendapatkan barang dari Tawau, Negara Bagian Sabah Malaysia yang berjarak waktu satu jam dengan lautan. Dari soal beras, gula, bahkan sabun mandi pun, dari Negeri Jiran Begitupun dengan hasil pertanian warga setempat, seperti Cokelat dan rempah-rempah. Warga membawanya ke Malaysia untuk dijual. Alasannya, jarak ke wilayah terdekat, Kota Tarakan Kalimantan Timur menempuh waktu tiga jam. Tak aneh, dua mata uang beredar, yakni rupiah dan ringgit. Di kepulauan Sebatik, jangan berharap bisa menonton televisi Indonesia, kecuali dengan fasilitas parabola. Televisi Malaysia lebih mendominasi, bahkan menjadi tontotan menarik. Ada TV1, TV2 dan TV3. “TVRI kadang-kadang kita peroleh, tapi lebih banyak rusaknya. Banyak warga tidak punya parabola. Tidak aneh kalau banyak warga lebih mengenal pejabat Malaysia dibandingkan Indonesia,” ujar Yusuf. Ironi.

Sumber : http://roesman.blogspot.com/2007/02/kehidupan-orang-perbatasan.html

Rahasia Perjuangan Hidup

Rahasia Perjuangan Hidup

Ada sebuah kisah yang patut menjadi renungan kita bersama bagaimana kita mensikapi hidup dan perjuangannya. Pada suatu ketika seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Gembira hati orang tersebut karena telah melepaskan kesulitan yang diderita oleh kupu-kupu itu. Namun, kupu-kupu tadi mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.


Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap yang mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut. Dari kisah tersebut kalau kita renungi kadang-kadang yang namanya perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan dan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat “Terbang“. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan maha Penyayang.

Ada ungkapan bijak lainnya dari pujangga terdahulu

Kita memohon Kekuatan…
Dan Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.

Kita memohon kebijakan…
Dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan Hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
Kita memohon kemakmuran…
Dan Tuhan memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.
Kita memohon Keteguhan Hati…
Dan Tuhan memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.
Kita memohon Cinta…
Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
Kita Memohon kemurahan/kebaikan hati…
Dan Tuhan memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing Kita. Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan? Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.
Tetaplah berjuang…berusaha…dan berserah diri…
Jika itu yang terbaik maka pasti Tuhan akan memberikannya untuk kita.

Bersyukurlah karena kamu belum memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan,
seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan.
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu,
karena itu memberimu kesempatan untuk belajar.
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit,
karena di masa itulah kamu tumbuh.
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu,
karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru,
karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

Hidup adalah perjuangan, di sanalah kita juga butuh pengorbanan.

Sumber : http://dimensi5.wordpress.com/2006/12/27/rahasia-perjuangan-hidup/

Pemerintah Bangun Sekolah untuk Anak TKI Di Malaysia

Pemerintah Bangun Sekolah untuk Anak TKI Di Malaysia

Nunukan Jakarta- Pemerintah segera mendirikan sekolah bagi anak Tenaga Kerja Indonesia atau TKI di Malaysia, khususnya di Sabah. Sekolah tersebut direncanakan menjadi induk bagi model pelayanan pendidikan nonformal yang akan diadakan pula di sana. Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang dihadiri Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Suyanto, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Da'i Bachtiar, dan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Departemen Luar Negeri, Teguh Wardoyo, Rabu (18/9). Pada hari yang sama mereka mengadakan pertemuan dengan Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo terkait dengan masalah pendidikan anak TKI tersebut. Selama ini, mereka mendapatkan pendidikan dari lembaga semacam bimbingan tes yang berbasis di Malaysia yakni Yayasan Humana. Sebelumnya diwartakan, para guru honorer yang baru saja pulang mengajar dari Sabah setelah kontrak mereka dengan Depdiknas berakhir, sempat melaporkan bahwa pengajaran oleh Yayasan Humana sekitar 80 persen berkiblat kepada kurikulum di Malaysia. Mereka juga dididik dalam kondisi yang menurut para guru Indonesia tersebut mengenaskan serta tidak mendapatkan ijasah sehingga sulit meneruskan pendidikan. Da'i Bachtiar mengatakan, pemerintah segera membangun sekolah Indonesia di Kinabalu. Sementara akan disewa beberapa rumah toko untuk beberapa kelas. Ke depan, pemerintah akan membeli tanah guna membangun sekolah tersebut. Suyanto menambahkan, telah dipersipakan anggaran sekitar Rp 7 miliar untuk membeli tanah. Pembangunan sekolah tersebut akan bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI. Sekolah tersebut untuk menangani anak-anak sekitar Kinabalu saja yang berdasarkan pendataan sekitar 500 anak. Dari jumlah tersebut, terdapat 170-an anak masih dalam usia sekolah. Selebihnya, anak tidak dapat masuk sekolah formal karena faktor usia. Untuk anak-anak tersebut dan anak di kawasan perkebunan di pedalaman, pemerintah merencanakan untuk memberikan pelayanan pendidikan nonformal yang nantinya dapat menginduk ke sekoolah formal di Kinabalu itu. Jumlah anak TKI di Sabah yang membutuhkan layanan pendidikan layak diperkirakan berkisar 25.000-30.000 anak. Pemerintah juga akan memperbesar kapasitas sekolah-sekolah di wilayah Indonesia yang berdekatan dengan Malaysia. "Di Nunukan dan Sebatik akan diperluas kapasitasnya. Kami berupaya menyelesaikan persoalan ini sekomprehensif mungkin. Harapannya, anak-anak dapat menikmati pendidikan yang merupakan haknya terlepas mereka sebagai warga legal atau ilegal," ujar Suyanto. Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas juga kan mengirimkan 10.000 ribu buku bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia di Sabah, Malaysia. Hal itu agar anak tetap dapat mengikuti perkembangan kurikulum di Indonesia. Dengan adanya buku berbasis kurikulum Indonesia tersebut harapannya anak-anak tersebut tidak asing dengan yang terjadi di tanah air. Indira Permanasari S

Saat Produk Malaysia Lebih Menyejahterakan...


Saat Produk Malaysia Lebih Menyejahterakan...

NUNUKAN - Merah putih tetap berkibar di Pulau Sebatik dan perayaan HUT Kemerdekaan RI tetap meriah di sana.

Kurangkah rasa nasionalisme mereka? Jangan buru-buru meremehkan pertanyaan itu. Untuk masyarakat Indonesia yang mendiami kawasan selatan Pulau Sebatik, memakai lambang merah putih bukan sekadar perayaan. Perhatikan komentar warga Sebatik bernama Kartini. "Bukan kita tidak memiliki rasa nasionalisme, tapi nilai tukar ringgit dan produk dari Malaysia yang selama ini lebih mudah didapat dan menyejahterakan kami." Warga Indonesia di Pulau Sebatik, pulau kecil di utara Kalimantan yang terbagi dua untuk Indonesia dan Malaysia, lebih mengenal produk Malaysia ketimbang produk dalam negeri. Kawasan selatan Sebatik yang milik Indonesia masuk Kabupaten Nunukan (Kalimantan Timur), berbatasan langsung baik laut maupun darat dengan Tawao, Sabah (Malaysia Timur). Barang produk Indonesia sulit ditemukan di pulau dengan luas sekira 20 ribu hektare dan berpenduduk sekira 30 ribu jiwa itu. Masyarakat Sebatik lebih mudah memperoleh barang kebutuhan pokok dari Tawao."Kita lebih mudah dapat barang dari Tawao dan harganya lebih murah daripada barang dari Tarakan," kata Kartini (30). Selain itu, akses transportasi ke Tarakan dari Nunukan memakan waktu dua hingga empat jam dengan taksi air. Ongkosnya paling sedikit Rp400 ribu untuk pulang pergi. Namun, bila ke Tawao, masyarakat hanya mengeluarkan dana Rp35 ribu untuk menumpang speed boat yang tersedia setiap saat. Untuk ke Tawao, masyarkat cuma memperlihatkan pas tanda masuk dari Imigrasi Indonesia. Yang bisa mendapatkan pas itu ialah masyarakat yang memiliki KTP Nunukan. Warga Indonesia di sana dengan mantap menyatakan, barang-barang produk Malaysia memiliki mutu yang lebih baik. Ada yang membandingkan suatu minuman kaleng bermerk sama. Yang produk Malaysia diakui memiliki rasa lebih enak dibandingkan dengan produk Indonesia. Menurut Kartini, saat masih kecil ia tidak mengenal mata uang rupiah, soalnya, di Sebatik transaksi sehari-hari kebanyakan menggunakan mata uang ringgit Malaysia. Saat ini kurs untuk RM 1 sekira Rp 2.800 hingga Rp 3.000 di Sebatik. Ketergantungan warga Indonesia di Sebatik terhadap produk Malaysia juga memberikan keuntungan buat mereka. Saat masyarakat beberapa wilayah di Indonesia kesulitan memperoleh elpiji untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat Pulau Sebatik ini tetap tenang dan tidak mengalami kekurangan atau harus antri untuk mendapatkan bahan bakar. Warga di Sebatik mempergunakan gas elpiji dalam tabung milik perusahaan minyak dan gas negeri jiran, yaitu Shell dan Petronas. Tabung berisi gas elpiji milik Malaysia lebih murah daripada milik Pertamina. Bahkan tabung gas milik perusahaan milik Indonesia menjadi barang langka di di Pulau Sebatik. Gas elpiji milik Petronas berwarna kuning dan tabung gas elpiji Shell berwarna hujau. Harga gas Malaysia itu sebesar RM 35 (sekira Rp100 ribu) untuk ukuran 14 kg, sementara tabung gas elpiji biru milik Pertamina harganya sampai Rp150 ribu seukuran 12 kg. "Kesejahteraan" warga yang didapat dari Malaysia itu setidaknya dirasakan sejak Pulau Sebatik ditempati warga asal Sulawesi Selatan pada 1970an. Saat ini, warga asal Sulawesi itu menjadi warga terbanyak di Pulau Sebatik, hingga 70 persen dari populasi. Selain itu, pembangunan infrastrutur di Sebatik kurang merata, akses jalan dari kampung satu dan kampung lainnya masih berupa jalan tanah dan belum tersentuh oleh pembangunan. Tapi, tiap 17 Agustusan, rasa nasionalisme itu kembali terlihat. Bukan saja lewat jajaran bendera merah putih, juga melalui berbagai perlombaan seperti yang diadakan di berbagai wilayah di tanah air.

Berbeda
Pada 17 Agustusan 2008, ada yang berbeda di pusat wilayah Indonesia di Sebatik, di lapangan sepak bola Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Induk. Ada seorang menteri di sana, yang menurut pengakuan warga, itu lah untuk pertama kalinya ada pejabat top yang menjadi pemimpin upacara di Sebatik. Sebelumnya, paling tingga upacara memperingati detik-detik Proklamasi di sana dipimpin seorang camat. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, pejabat teras pertama yang berpidato di Sebatik, membangkitkan rasa nasionalisme kepada warga. "Perayaan Hari Proklamasi tahun ini istimewa karena kami dihibur oleh artis ibukota dan hadir sejumlah pejabat tinggi, termasuk Menegpora. Hal seperti ini tidak pernah terjadi, padahal saya sudah 30 tahun," kata Rukayah, warga yang lahir dan besar di Sebatik. Yang paling penting menurut Rukayah, tentu saja kehadiran penyanyi dangdut ibukota Amri Palu, yang termasuk tontonan langka di Sebatik. Setidaknya, semangat nasionalisme juga terus dibina Kodam VI/Tanjung Pura dengan mendirikan stasiun radio yang manyiarkan lagu-lagu nasional. Saat itu Tono mengatakan stasiun radio ini akan menjangkau seluruh wilayah Kalimantan hingga perbatasan, agar masyarakat mengetahui perkembangan pembangunan di Indonesia. Pihak Kodam VI/Tanjung Pura memberikan prioritas kepada masyarakat lokal, yang ingin masuk TNI AD. Kelak mereka akan menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI. Pulau Sebatik menjadi tempat tinggal dua warga negara, Indonesia dan Malaysia). Wilayah sebelah utara dengan luas 187,23 km persegi masuk wilayah Malaysia. Sedangkan sebelah Selatan masuk wilayah Indonesia dengan luas 246,61 km persegi. Di pulau itulah terjadi pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Malaysia ketika Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1963. Keberadaan Pulau Sebatik sempat menjadi perhatian karena menjadi tempat TNI AL menurunkan pasukan saat hubungan Indonesia dengan Malaysia memanas karena klaim sepihak negeri Jiran atas perairan Karang Unarang serta blok migas Ambalat yang sejak jaman penjajahan masuk wilayah Indonesia. Berdasarkan fakta sejarah, sebagian kawasan di utara Kalimantan Timur, termasuk Sebatik dan pulau-pulau sekitarnya (Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan) hingga mencapai batas Kesultanan Sulu (Filipina Selatan) masuk dalam wilayah Kesultanan Bulungan."

Kampanye Pemilu Damai 2009

pdip no 28 pemilu 2009 Pictures, Images and Photos
Terima Kasih atas Kunjungan anda di blog Perjuangan Hidupku